Jumat, 11 Oktober 2013

cerpen tentang cita-cita

My Dreams
             
    Cita-citaku ingin menjadi seorang arsitek, mungkin seseorang diantaranya akan ada yang bertanya “ mengapa aku ingin menjadi seorang arsitek? “ jawabannya mudah saja, yaitu seorang arsitek tidaklah harus mempunyai kemampuan menghitung ( matematika ) dengan akurat saat mengerjakan pekerjaan arsitek tetapi di butuhkan dan di dasari dengan imajinasi yang cukup tinggi untuk mendapatkan hasil yang baik #kebanyakan.

                 Aku juga mempunyai cita-cita menjadi arsitek karena ada alasan lain, yaitu pada waktu masih kecil aku ( Sekolah Dasar ) pernah melihat film singkat tentang “ bagaimana pembuatan rumah dengan design arsitek profesional “ dan aku pun melihatnya dengan berkata “ very amazing ( terkejut ) “ karena memang pembuatan rumahnya tidak terlalu rumit dan hasilnya pun sangat bagus dan flexible.

               Tetapi ada kendala bagiku jika ku lanjutkan mimpiku ini, karena aku melihat masa sekarang ku ini sangat susah dalam persaingan perhitungan atau dalam hal imajinasi ( Keterampilan ). Mungkin memang bener kata seorang yang menuliskan kata-kata “ janganlah engkau menyerah saat engkau terjatuh, tetapi lawanlah kejatuhan itu dengan semangat yang lebih “ dan menurutku memang kata-kata di atas itu benar. Tetapi aku akan mengambil apa yang bisa di ambil dari kata-kata itu saja.

                  Kendala lain pun juga ada, setelah ku menempuh SMA ( Sekolah Menengah Atas ) ini. Awalnya aku ingin melanjutkan ke universitas ( kuliah ) tetapi hati ini tidak kunjung merasa senang bila ku lanjutkan langsung ke sana. Hatiku ingin jika setelah lulus SMA ini , ku kan mendalami keagamaanku dahulu karena hidup untuk di masa yang akan datang ( akhirat ) itu juga penting atau bahkan juga sangat penting.

               Bagiku mendalami pendidikan keagamaan suatu kewajiban apa lagi untuk seorang laki-laki atau calon suami. Karena jika sudah menjadi suami, akan menjadi pemimpin untuk istri dan anaknya. Hatiku tersentuh dengan masuk pendidikan keagamaan memang sudah lama tetapi aku belum serius tuk menjalaninya. Dan baru-baru ini ku mendengar khutbah jumat yang bertema kan  “ Anggapannya seperti apa sih surga akhirat di bumi ini “ ku mendengar suara dengan tangisan dalam hatiku karena begitu tersentuh dengan khutbah jumat tersebut.

             Pengisi khutbah berkata “ tidak ada yang bisa di anggap-anggapkan tentang apapun yang di akhirat bisa di anggapkan seperti apa yang ada di bumi ini, tetapi Rasullullah berkata bila kamu ingin tahu sebesar apa surga di akhirat yang bisa di anggapkan di bumi “. Ia pun berkata “ kamu ke laut yang besar atau luas, lalu jari telunjukmu masukkan ke dalam tepi laut ( yang bisa di jangkau saja ) lalu masukkan sebentar dan lalu kamu tarik kembali. Dan setelah kamu menangangkat jari telunjukmu tersebut pasti ada air yang meneteskan ? dan 1 tetes yang jatuh dari tangan telunjuk itu tadi, itulah besar surga di bumi “ padahal kita menyadari bahwa laut itu masih sangat luas. Jadi kita bisa membayangkan betapa besar dan luasnya dunia yang akan kita hidupi  dengan kekal.

        Aku tidak bisa membayangkan betapa indahnya dunia yang akan kita hidupi setelah kita hidup di masa sekarang. Karena itu lah aku terkadang sedih dan membuat tidak bisa langsung melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagiku hidup di dunia ini jangan di sia-siakan atau hanya untuk mengejar duniawi saja tetapi dunia akhirat juga seperti mendalami ilmu keagamaan juga. Tetapi suatu hari aku menceritakan cerita isi tentang khutbah tadi ke kerabatku, dan adapun yang menjawab “ Itu kan masa nanti, jadi ya sudah tidak usah di pikirkan sekarang. “ aku pun merinding mendengar ucapannya tersebut ( karena tidak tahu bahwa kita di beri nyawa oleh siapa ).

            Aku tidak hanya cerita tentang itu saja tetapi juga ingin pendapat dia bila aku setelah ini menunda masuknya ke perguruan tinggi dan ingin melanjutkan dalam ilmu keagamaan. Ia pun berkata “ yang mungkin benar kata-katamu bila kita hidup di dunia harus menekuni ilmu duniawi dan keagamaan, tetapi kita sudah SMA dan persaingan dalam dunia ini ( hal ekonomi ) ketat sekali. Bila kamu tetap ingin melanjutkan ke dalam ilmu keagamaan sudah terlambat, dan apakah kamu yakin suatu saat bisa menjadi orang yang berguna untuk keluargamu karena faktor usia kan juga harus di pertimbangkan “.

             Aku pun terdiam dengan perkataan kerabatku itu, tetapi Ayah dimana-mana adalah motivator bagi anaknya. Karena Ayah lah penunjuk jalan untuk anak-anaknya. Beliau pun berkata kepadaku “ Sudahlah jangan memikirkan perkataan orang lain tetapi ikuti apa kata hatimu, sekarang hidup tidak pasti akan menjadi apa. Contohnya saja: ada orang yang menekuni ilmu keagamaan tapi tiba-tiba ia bisa saja menjadi presiden. Dan masalah terlambat tidaknya dalam menekuni sebuah ilmu apapun , pada setiap zaman tidak ada dalam yang namanya menekuni sebuah ilmu itu terlambat. Pasti semua bila di jalani dengan serius dan hati yang tulus pasti akan tercapai. “ aku pun terkesima dengan jawab-Nya tersebut dan dalam hatiku berkata “ benar juga ya. “

            Dan setelah aku mendapatkan sebuah jawaban itu semua dari pertanyaanku, kali ini aku akan melanjutkan dulu keinginan hatiku. Dan bila setelah menempuh ilmu keagamaan selama 2 tahun, ku akan akan melanjutkan cita-citaku yang awalnya ku inginkan.

          

         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar