My Dreams
Cita-citaku ingin menjadi seorang arsitek, mungkin
seseorang diantaranya akan ada yang bertanya “ mengapa aku ingin menjadi
seorang arsitek? “ jawabannya mudah saja, yaitu seorang arsitek tidaklah harus
mempunyai kemampuan menghitung ( matematika ) dengan akurat saat mengerjakan
pekerjaan arsitek tetapi di butuhkan dan di dasari dengan imajinasi yang cukup
tinggi untuk mendapatkan hasil yang baik #kebanyakan.
Aku juga mempunyai cita-cita menjadi
arsitek karena ada alasan lain, yaitu pada waktu masih kecil aku ( Sekolah
Dasar ) pernah melihat film singkat tentang “ bagaimana pembuatan rumah dengan
design arsitek profesional “ dan aku pun melihatnya dengan berkata “ very
amazing ( terkejut ) “ karena memang pembuatan rumahnya tidak terlalu rumit dan
hasilnya pun sangat bagus dan flexible.
Tetapi ada kendala
bagiku jika ku lanjutkan mimpiku ini, karena aku melihat masa sekarang ku ini
sangat susah dalam persaingan perhitungan atau dalam hal imajinasi (
Keterampilan ). Mungkin memang bener kata seorang yang menuliskan kata-kata “
janganlah engkau menyerah saat engkau terjatuh, tetapi lawanlah kejatuhan itu
dengan semangat yang lebih “ dan menurutku memang kata-kata di atas itu benar.
Tetapi aku akan mengambil apa yang bisa di ambil dari kata-kata itu saja.
Kendala lain pun
juga ada, setelah ku menempuh SMA ( Sekolah Menengah Atas ) ini. Awalnya aku
ingin melanjutkan ke universitas ( kuliah ) tetapi hati ini tidak kunjung
merasa senang bila ku lanjutkan langsung ke sana. Hatiku ingin jika setelah
lulus SMA ini , ku kan mendalami keagamaanku dahulu karena hidup untuk di masa
yang akan datang ( akhirat ) itu juga penting atau bahkan juga sangat penting.
Bagiku mendalami
pendidikan keagamaan suatu kewajiban apa lagi untuk seorang laki-laki atau
calon suami. Karena jika sudah menjadi suami, akan menjadi pemimpin untuk istri
dan anaknya. Hatiku tersentuh dengan masuk pendidikan keagamaan memang sudah
lama tetapi aku belum serius tuk menjalaninya. Dan baru-baru ini ku mendengar
khutbah jumat yang bertema kan “
Anggapannya seperti apa sih surga akhirat di bumi ini “ ku mendengar suara
dengan tangisan dalam hatiku karena begitu tersentuh dengan khutbah jumat
tersebut.
Pengisi khutbah berkata
“ tidak ada yang bisa di anggap-anggapkan tentang apapun yang di akhirat bisa
di anggapkan seperti apa yang ada di bumi ini, tetapi Rasullullah berkata bila
kamu ingin tahu sebesar apa surga di akhirat yang bisa di anggapkan di bumi “.
Ia pun berkata “ kamu ke laut yang besar atau luas, lalu jari telunjukmu
masukkan ke dalam tepi laut ( yang bisa di jangkau saja ) lalu masukkan
sebentar dan lalu kamu tarik kembali. Dan setelah kamu menangangkat jari
telunjukmu tersebut pasti ada air yang meneteskan ? dan 1 tetes yang jatuh dari
tangan telunjuk itu tadi, itulah besar surga di bumi “ padahal kita menyadari
bahwa laut itu masih sangat luas. Jadi kita bisa membayangkan betapa besar dan
luasnya dunia yang akan kita hidupi dengan
kekal.
Aku tidak bisa membayangkan
betapa indahnya dunia yang akan kita hidupi setelah kita hidup di masa
sekarang. Karena itu lah aku terkadang sedih dan membuat tidak bisa langsung
melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagiku hidup di dunia ini jangan di sia-siakan
atau hanya untuk mengejar duniawi saja tetapi dunia akhirat juga seperti
mendalami ilmu keagamaan juga. Tetapi suatu hari aku menceritakan cerita isi
tentang khutbah tadi ke kerabatku, dan adapun yang menjawab “ Itu kan masa
nanti, jadi ya sudah tidak usah di pikirkan sekarang. “ aku pun merinding
mendengar ucapannya tersebut ( karena tidak tahu bahwa kita di beri nyawa oleh
siapa ).
Aku tidak hanya cerita
tentang itu saja tetapi juga ingin pendapat dia bila aku setelah ini menunda
masuknya ke perguruan tinggi dan ingin melanjutkan dalam ilmu keagamaan. Ia pun
berkata “ yang mungkin benar kata-katamu bila kita hidup di dunia harus
menekuni ilmu duniawi dan keagamaan, tetapi kita sudah SMA dan persaingan dalam
dunia ini ( hal ekonomi ) ketat sekali. Bila kamu tetap ingin melanjutkan ke
dalam ilmu keagamaan sudah terlambat, dan apakah kamu yakin suatu saat bisa
menjadi orang yang berguna untuk keluargamu karena faktor usia kan juga harus
di pertimbangkan “.
Aku pun terdiam dengan
perkataan kerabatku itu, tetapi Ayah dimana-mana adalah motivator bagi anaknya.
Karena Ayah lah penunjuk jalan untuk anak-anaknya. Beliau pun berkata kepadaku
“ Sudahlah jangan memikirkan perkataan orang lain tetapi ikuti apa kata hatimu,
sekarang hidup tidak pasti akan menjadi apa. Contohnya saja: ada orang yang
menekuni ilmu keagamaan tapi tiba-tiba ia bisa saja menjadi presiden. Dan
masalah terlambat tidaknya dalam menekuni sebuah ilmu apapun , pada setiap
zaman tidak ada dalam yang namanya menekuni sebuah ilmu itu terlambat. Pasti
semua bila di jalani dengan serius dan hati yang tulus pasti akan tercapai. “
aku pun terkesima dengan jawab-Nya tersebut dan dalam hatiku berkata “ benar
juga ya. “
Dan setelah aku
mendapatkan sebuah jawaban itu semua dari pertanyaanku, kali ini aku akan
melanjutkan dulu keinginan hatiku. Dan bila setelah menempuh ilmu keagamaan
selama 2 tahun, ku akan akan melanjutkan cita-citaku yang awalnya ku inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar